Pages

Thursday, December 23, 2010

SI ANAK BERMATA SAYU

berbagi cerita

Untuk pertama kalinya aku merasakan perasaan yang begitu mendalam seperti ini, Sebenarnya anak ini adalah anak biasa, yang cukup nakal seperti anak-anak seusianya namun aku melihat dari matanya terpancar pandangan mata yang sayu dan begitu malu, seperti memendam sesuatu yang tersembunyi. Pertama kali aku bertemu dia di mustek (musolla teknik) dikampusku. Biasanya setiap siang hari di sela-sela waktu kuliah sering di adakan sekolah informal (seperti les) untuk anak-anak pedagang kantin..dan terkadang bila ada waktu senggang aku ikut membantu mengajar bersama teman-teman yang lain. Hari ini pertama kalinya aku bertemu dia, si anak bermata sayu itu. Dia datang bersama adiknya, membawa tas dan buku. Adiknya tampak begitu riang dan ceria, langsung bergabung dengan teman-teman yang lainnya dan meneruskan belajar membaca. Namun dia hanya menepi duduk di belakang, dan jauh dari anak-anak yang lain. Tapa piker panjang, Aku pun langsung menghampirinya.
“Kamu baru datang pertama kali kesini kan? Nama kamu siapa?” tanyaku tanpa malu-malu “Iya saya alvin,ka” ucapnya sambil menunduk “oh Alvin.. he salam kenal. kamu kelas berapa?” “kelas 4 sd ka,” ucapnya sambil mengeluarkan buku-buku dari tasnya. Aku pun membuka bukunya, ternyata yang ia bawa buku matematika cetak kelas 4 SD. Wow betapa niatnya ia ingin belajar, karena biasanya anak-anak yang ikut belajar disini jarang yang bawa buku pelajaran sekolahnya, mereka hanya belajar apa adanya, bahkan terkadang mereka hanya belajar menggambar dan menulis huruf sambung,atau mengerjakan soal-soal manual yang diberikan oleh teman-teman kampus..
Aku lihat isinya, ternyata dia sudah mencapai bab-bab terakhir dalam buku itu, tampaknya dia anak yang sangat rajin.. soal-soal pilihan ganda di latihan soalnya pun banyak yang sudah di isi. Aku pun langsung bersemangat memberikannya soal untuk di kerjakan. Aku menyuruhnya mengerjakan soal matematika tentang sudut. Dia tampak antusias, hal itu dapat ku lihat dari pancaran matanya.
Sambil menunggu ia mengerjakan soal, aku pun mengajar dua anak yang lainnya, kelas 2SD. Nama mereka Aziz dan Wina. Matematika juga, bab penjumlahan dan pengurangan. Setelah 30 menit berlalu, aku melihat hasil jawaban mereka semua.. Pertama-tama ku lihat hasil jawaban Azis dan Wina dan ternyata jawaban mereka ada yang salah-salah sedikit..hehe kupikir itu wajar. Mereka sama-sama mendapatkan nilai 90, menurtku itu sudah sangat lumayan. Lalu, aku pun meneruskan memerika jawaban Si anak bermata sayu ini. Nomor 1 nya ia salah, padahal seharusnya ia mudah untuk menjawabnya karena soalnya adalah tentang gambar setengah sudut siku-siku.
“Alvin..ko ini jawabannya 60 derajat, hehe emangnya berapa sih bsarnya sudut siku-siku?” aku pun bertanya kembali padanya, sambil memeragakan tanganku yang telah membentuk seperti siku-siku. “Hm..”Dia pun terdiam lama. “Kak aku lupa tentang sudut-sudutan” ucapnya.
Oh ternyata dia lupa. Mungkin lebih baik aku mngajarnya tentang dasar-dasar sudut terlebih dahulu, batinku. Lalu, ku beritau dia beserta gambar dari sudut siku-siku.
“ini namanya sudut siku-siku besarnya 90 derajat vin. Lalu ini , setengah dari bsarnya sudut siku-siku.Ayo hitung jadi berapa sudutnya?”Tanyaku sambil menunjuk soal no. 1 pada bukunya Alvin. Lama dia tidak menjawab pertanyaanku, mungkin bahasaku sulit di terjemahkan olehnya, pikirku. Lalu ku ubah pertanyaannya menjadi, “Sudut ini besarnya sama dengan 90 derajat vin nah kalau di bagi dua,, jadi berapa yah?” “Hm.. 90 bagi 2 ya ka?” “iya, bener, jadi berapa hasilnya vin?”
Dia terdiam lama kembali , sambil menghitung dengan jai-jari tangannya.. Pertamanya aku heran melihat tingkah lakunya. Aku kira dia sedang bermain-main tangan dan tidak memperhatikanku, lalu setelah aku ulang pertanyaanku lagi, ternyata aku baru sadar! Bahwa daritadi dia sedang meghitung pembagian 90 dibagi 2 dengan jari-jarinya..Aku pun terkaget-kaget.
“kamu sedang menghitung vin?” “iya ka, sebentar ya” ucapnya sambil sibuk menggerakkan esepuluh jari tangannya.
Setelah lama, dia pun tetap mencoba mendapatkan hasilnya. Alvin sepertinya membtuhkan waktu yang sangat banyak dalam melakukan perhitungan ini. Ternyata Alvin masih begitu lemah dalam perhitungan, baik pembagian,perkalian bahkan penjumlahan dan pengurangan un harus ia hitung dengan menggunakan tangan. Lalu aku pun mengajarinya dari ilmu dasar pembagian. Pertama dikurang terus menerus sampai hasilnya 0, ini dinamakan pembagian tanpa sisa. Dia tampak begitu antusias mendengarkan aku.
Awalnya ku beri dia soal 15 di bagi 3.. Seperti yang ku pikir dia pun menghitung dengn jari-jarinya. Dan ia pun tepat menjawab 5. Aku tersenyum. Lalu aku beri dia soal lagi 40 dibagi 8. Dan ia pun menghitung degan jari-jarinya lagi. Dan dia pun tidak mendapatkan hasilny.. Lalu aku mengajari dia bahwa pebagian itu adalah hasil dari pengurangan yang terus menerus, sampai akhirnya habis.
“Begini vin, 40 dikurang 8= 32 , lalu 32-8= 24.,24-8=16,.16-8=8.,dan yang terakhir 8-8= 0, jadi hitng vin berapa pengurangannya?” “li..ma bukan kak?” tanyanya “iya benar! Nah sekarang hitung 18 dibagi 6 yah..tapi jangan pakai jari, pakai yang cara pengurangan saja” “oh yang ini ka?” dia pn menunjukkan cret-coretan ku tadi. “iya,,ayo berapa?”
Dia pun menulis pengurangan dari 18 dibagi 6. Aziz dan Wina tampak antusias juga melihat Alvin. Karena mereka belum sampai belajar perkalian ataupun pembagian,,jadi mereka terus melihat cara menghitung pembagian. Namun ketika ku lihat hasil pekerjaan Alvin ternyata dia belum selesai, 18-6=.. , Dia belum mnlis jawabannya.
“Ayo viin, bener ini..dimulai dari 18-6. Berapa hasilnya?” “hm,, aku ga tau,kayanya aku bener-bener ga bias. Ngitungnya ka.boleh pake jari ga?”Tanyanya berwajah sedih
Aku kaget mendengar pertanyaannya. Deg. Dia sudah kelas 4SD namun ternyata dia masih sangat lemah dalam semua perhitungan,dia masih menggunakan jari-jarinya dalam melakukan semua perhitungan matematika. Padahal, kelas 4 SD soal matematikanya sudah banyak modifikasi atau gabungan. Ketika awal tadi ku lihat dibuku alvin sudah penuh dengan jawaban-jawaban pada latihan soalnya, benarkah selama ini ia mengerjakan semua itu dengan jari-jarinya? mngkin dia memang anak yang sangat rajin..Oh So amazing, padahal soal-soal kelas 4 SD biasanya angkanya sudah sampai kelipatan ratusan. Lalu berapa lama ia mengerjakan soal-soal yang diberikan gurunya selama ini? Betapa tekunnya ia selama ini ,mengerjakan perhitungan hanya dengan sepuluh jari tangannya T_T
“Oh Alvin,,kamu bener-bener belum bias menghitung 16 dikurang 8 berapa?” “iya ka, maaf..saya benar-benar ga bisa kalau ga pakai tangan. Saya bener-bener gatau” ucapnya sedih. “8 ditambah 8 berapa vin..kamu tau ga? apa hitungnya biasanya pakai tangan juga” “Iya aku selalu itung pakai tangan.. 8 ditambah 8= 16 bkan ka?” unjuknya sambil menghitung jari-jari tangannya…
“IDIIIIHHHH, si Alvin payah, masa begitu aj gatau..” “IYAAA, masa harus pake tangan ngitungnya..hahaha gak banget” :’(( (anak-anak jaman sekarang..ckckc bandel-bandel)
Terdengar teriakan-teriakan kecil dari temannya. Alvin hanya bisa menunduk malu. Apalagi di sebelahnya ada 2 orang anak kelas 2 SD yang sudah cukup lancar dalam mengerjkan soal ini. Mereka baru kelas 2SD dan Alvin sudah kelas 4SD, suasana pun menjadi ramai.. aku mencoba menenangkan. Kasihan Alvin.. wajahnya terlihat kecewa pada diri sendri.
“Alvin,,kamu aku kasih pekerjaan rumah yang banyak ga papa yah?biar kamu jadi lancar ngitungnya. Mau kan? Dirumah kamu harus rajin-rajin baca kotak pembagian dan perkalian dasar ini yah.” aku pun memberikan dia secarik kertas berisi soal-soal pembagian dan perkalian dasar. “iya ka. Nanti saya kerjain semuanya..MAUUU KAK saya mau bisa cepet ngitungnya!” ucapnya bersemangat dan tersenyum kecil padaku.
Dalam hati ini ada perasaan terkesima dan juga sedih melihatnya,hari ini aku seperti benar-benar merasakan apa itu arti mengajar sesungguhnya. Benar perkataan yang sering ku dengar selama ini, sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat ilmu yang selalu digunakan ntuk berbagi dengan orang lain..aku ingin sekali mengajar anak bermata sayu ini agar dapat lancer menghitung. ITu jnjiku dalam hati. Hari ini aku benar-benar mmiliki perasaan yang mendalam terhadap anak ini, semangatnya begitu luar biasa dalam belajar, terlihat begitu rajin..namun apa daya kemampuannya begitu terbatas dan inilah tantanganku sebagai pengajar di sekolah ini. Bismillah, semoga ia tak pernah berputus asa dalam menuntut ilmu,,dan semoga nantinya ia bisa menjadi orang yang besar sebesar semangat belajarnya. Hai anak bermata sayu! Aku yakin kamu pasti BISA! 
*terima kasih banyak kepada para guru yang telah mengajariku selama ini*
Ilmu yang kalian berikan, seperti air yang selalu mengalir
kalian benar-benar pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa dalam hidupku,,semoga ilmu-ilmu indah yang kalian berikan dapat memberikan manfaat yang tak pernah terhitung banyaknya..•_•v (special thanks to Ibu Nur dg segala kesabaran&kebaikannya mengajarku bertahun-tahun di sekolah dasar, Ibu Rama, yang membuatku merasa bersaing dan ingin selalu ingin menjadi yang terbaik,Ibu lailan dan pak… tentang ajaran agamanya, Ibu Eky Ibu Yety Ibu Desri, dg segala kepintaran beliau, membuatku sngat mencintai pelajaran biologi dan kimia:* , Ibu Theres, yang membuatku ga membenci fisika lebih lanjut,dan membuatku semakin termotivasi masuk teknik elektro, jurusan yg aku jalani sekarang,minat yang ku tempuh demi meraih cita-citaku) dan para-para guru lainnya yg gbisa ku sebut satu per satu* hehe…smg sgla kebaikan kalian d balas o/Allah SWT. Amin.
 

Template by BloggerCandy.com